Perlukah Memanusiakan Asisten Rumah Tangga?

Sumber Gambar: Unsplash

Bagaimana nilai asisten rumah tangga di matamu? Sering sekali drama asisten rumah tangga mewarnai kehidupan teman-teman di media sosial. Ada yang beranggapan kalau ART itu banyak yang tidak tahu diri padahal pemberi kerja sudah baik dan memberi kemudahan.

"Sudah baik aku eh mencuri pulak dia. Lalap main hempon. Lari pulak dari rumah padahal utangnya masih banyak samaku. Aku lebih takut kalau musim lebaran begini, biasanya alasannya pulang rupanya gak balik lagi ke rumah," kata komen-komen di media sosial.

Ada yang beranggapan drama ART ini hanya perlu komunikasi yang baik antar kedua pihak. Memanusiakan manusia adalah kewajiban. Ini berlaku secara menyeluruh tanpa melihat apa pun pekerjaannya. Maka sering kali kesimpulannya ART harus tetap ditegasin dan diberi peraturan serta rincian tertulis.

Kita juga tak bisa pungkiri kalau masih banyak pemberi kerja alias majikan yang bertindak semena-mena. Upah murah, jaminan kesehatan tidak ada, beban kerja berlebihan, tidak adanya batas privasi dan kontrol berlebihan. Selain direndahkan, ART acap kali diperbudak dan dianiaya.

Waduh! Apakah paragraf-paragraf di atas terdengar sentimen dan berat sebelah? Kesimpulan ada pada sudut pandangmu.

Kali ini aku ingin bercerita tentang karya dari Alfonso Cuaron. Apakah dia memanusiakan asisten rumah tangga? Tentu. Dia bahkan membuat film kenangan tentang ARTnya. Hal yang tak biasa, ya? Film ini juga bisa menjadi media bernostalgia untuk kamu yang rindu film bernuansa hitam dan putih.Untuk lebih lanjut, mari kita lihat ulasanku berikut.

Sumber Gambar: Google Images

Adalah seorang asisten rumah tangga di keluarga kelas menengah yang bernama Cleodegaria. Ia bisa dipanggil Cleo. Majikan Cleo adalah pasangan suami istri bernama Dokter Antonio dan Nyonya Sofia. Mereka memiliki empat anak yang bernama Tono, Poco, Sofi, dan Pepe.

Di rumah besar berlantai dua itu, Cleo dan seorang asisten lainnya, Adela melakukan tugas dan kegiatan rumah tangga: memasak, menyapu, menyirami halaman yang setiap hari dipenuhi kotoran anjing-anjing tuannya dan berbelanja.

Walau sepanjang minggu disibukkan dengan berbagai tugas yang statis, tentu Cleo mempunyai waktu senggang di akhir minggu untuk menikmati hidup bersama sahabatnya, Adela.

Di saat itulah Cleo yang polos, lurus dan minim dialog bertemu dengan seorang pria kekar berwajah latin bernama Fermin. Tak butuh waktu lama untuk mereka saling berkenalan dan memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke atas ranjang empuk di sebuah motel murahan dekat bioskop tempat mereka bertemu.

Setelah melewatkan banyak pertemuan penuh gairah, Cleo pun berbadan dua. Dengan segera ia memberitahukan  berita kehamilannya kepada Fermin. Ternyata kekasihnya ini tak berniat membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Cleo ditinggalkan begitu saja dengan janin yang semakin membesar.

Untungnya, Sofia, nyonya rumah turun tangan mengurus dan membiayai persalinan asistennya yang sangat baik dan dekat dengan keempat buah hatinya. Walaupun di saat yang sama Sofia juga sedang bergumul berat dengan permasalahan rumah tangganya.

Cleo diperankan Yalitza Aparicio

Sumber Gambar: Google Images

Peran Cleo dimainkan dengan apik oleh Yalitza Aparicio, seorang wanita berusia 27 tahun asal Meksiko. Film ini adalah debut pertamanya terjun di dunia seni peran. Berkat aktingnya di film ini, ia dinominasikan menjadi aktris terbaik di berbagai ajang penghargaan film bergengsi seperti Chicago Film Critic Association, Academy Awards dan berbagai penghargaan bergengsi lainnya.

Belum cukup sampai di situ, Yalitza yang tak pernah mencicipi bangku seni peran ini bahkan menjadi aktris kedua asal Meksiko setelah Salma Hayek yang dinominasikan menjadi Aktris Terbaik di Nominasi Oscar.

Film drama ini berlatar tahun 1970-an dan hampir seluruh ceritanya terinspirasi dari kisah masa kecil sutradaranya, Alfonso Cuaron saat berusia sepuluh tahun.  Ketika itu, Alfonso kecil tinggal di suatu distrik bernama Colonia Roma di Meksiko. Distrik ini yang menginspirasi judul film berdurasi 135 menit ini dibuat.

Jadi, bisa dibilang film ini adalah semi-autobiografi dari Alfonso. Ia mempunyai rasa personal ketika menyajikan film yang pembuatannya dilakukan di tempat asli Alfonso dulu tinggal. Peristiwa perang kotor ( Guerra Sucia) pada Juni 1971 pun diselipkan di film ini. Adegan kerusuhan, demonstrasi, pembantaian dan penjarahan toko disisipkan mulus saat pertemuan Cleo dan kekasihnya, Fermin.

Alfonso adalah pembuat film bertangan dingin yang membuat film Children of Men (2006), Gravity 2013), Y Tu Mama Tambien (2001) , Solo Cun Ta Pareja (1991) dan menyutradarai film Harry Potter and The Prisoner of Azkaban (2004).

Setelah tayang perdana pada 30 Agustus 2018 di Festival Film Internasional Venesia ke-75,  film ini berhasil membawa pulang piala Golden Lion.

Aku menonton film ini jauh setelah dirilis di Netflix tanggal 14 Desember 2018. Setelah menonton ulasan singkat dari salah satu saluran penikmat film di Youtube, Cine Crib, aku pun semakin tertarik dengan jalan ceritanya dan ikut merasakan sendiri emosi yang ditorehkan Alfonso melalui karya visual memorinya.

Film berbahasa Spanyol dan Mixtek ini juga berhasil mendapat pujian dari para kritikus film dan menjadi film terbaik di tahun 2018 oleh majalah Time dan New York Film Critics Circle. National Board of Review memasukkan film ini ke daftar sepuluh film terbaik tahun 2018. 

Di Golden Globe Awards ke-76 tahun 2019, film ini mendapat nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Skenario Terbaik.  Film ini juga dipilih sebagai perwakilan Meksiko dalam Academy Awards ke-91 kategori Best Foreign Language Film (Sumber: Wikipedia).

Selain disajikan secara penuh dengan visual berwarna hitam putih, Alfonso Cuaron juga membuat penonton merasakan bagaimana dua perempuan dari kelas sosial yang berbeda mengambil keputusan dan pilihan akan permasalahan hidup yang sedang di hadapinya. Tak ada drama pelecehan, candaan seksis pembantu seksi dan penganiayaan terhadap ART di film ini.

Salah satu adegan pamungkas dari film ini adalah saat Cleo berjuang menyelamatkan kedua anak Sofia dari amukan ombak. Selebihnya, film ini berjalan dengan alur yang lambat dengan teknik sinematografi yang mengagumkan dan memanjakan mata.

Sudut pengambilan paling ciamik dan kuingat adalah saat Cleo membersihkan kotoran anjing di halaman rumah dan terlihat bayangan pesawat lewat dengan anggun di dalam genangan air. Keren!

Kekuatan dari film ini adalah kekuatan jalan ceritanya. Satu kalimat dariku adalah Kekuatan Cerita dari Kenangan Masa Kecil. Sesuatu yang personal, megah dan sisipan isu sosial politik membuat film dengan naskah yang tak selesai ini sangat layak dijadikan film menarik untuk dinikmati sendiri atau bersama orang yang dikasihi. Apakah kau tertarik menontonnya? Atau dirimu memiliki pengalaman pahit, manis dan sebagainya dengan ART? Kutunggu ceritamu, ya. 


Judul Film : Roma

Genre: Drama

Bahasa: Spanyol dan Mixtek

Produser : Alfonso Cuarón, Gabriela Rodriguez dan Nicolas Celis

Perusahaan Produksi: Participant Media, Esperanto Filmoj

Penulis Naskah : Alfonso Cuarón

Sutradara :  Alfonso Cuarón

Durasi : 135 menit

Tayang Perdana : 30 Agustus 2018 (Venesia), 21 November 2018 (Amerika Serikat), 14 Desember 2018 di Netflix

Pemain : Yalitza Aparicio, Marina de Tavira, Fernando Grediaga, Jorge

Antonio Guerrero, Marco Graf, Nancy García, dll.

 

Medan, 23 April 2021.

Penulis: Maria Julie Simbolon

 

#Ulasan

#30HariBlogBer11

#BloggerMedan

@Blogger_Medan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Film Bumi Manusia

Menantu atau Mertua yang Menyebalkan?

Ulasan Series It's Okay, That's Love