Pilih Ibu atau Istri?

 

Judul Film: Natalan (December)

Genre: Drama

Sutradara: Sidharta Tata

Pemain: Ramon Y Tungka, Clara Soetedja, Mien Brodjo

Tahun Produksi: 2015

Perusahaan Produksi: Kebon Studio Yogyakarta

 Tayang di: Youtube


“Anakku Resnu juga akan datang ke rumah malam ini, dia akan membawaku ke gereja.” Ibu mengatakannya dengan nada bangga kepada Bu Supri  yang sedang mampir mengantarkan undangan natal lingkungan.

 

Bila musim liburan panjang dan lebaran begini, sering ada perdebatan kecil di antara pasangan suami istri. Perdebatan tentang mana tempat yang dikunjungi dan dijadikan tempat melewatkan momen berharga yang hanya terjadi sekali setahun ini, rumah orang tua dulu atau ke rumah mertua dulu? Mengikuti maunya ibu atau mengikuti maunya istri? Apakah kau familiar atau pernah mengalaminya? Bila kau dihadapkan dengan posisi yang sama, kau ke rumah mertua atau ibu saja?

Sambil memikirkan jawabanmu, mungkin ulasan kali ini bisa memberimu sedikit gambarannya. Marucus, ya (Singkatan dari Mari kita ulas, cussssssss). Hahhahahaha.

Ada sebuah film pendek berjudul Natalan, karya Sidharta Tata. Dia adalah seorang sineas muda dari house production lokal yang berkarya di Yogyakarta.

Film ini menceritakan harapan dan kerinduan mendalam seorang Ibu kepada anak semata wayangnya, Resnu yang sudah sangat lama tidak pulang menemuinya.

Namun natal tahun ini akan berbeda karena Resnu berjanji akan pulang dan merayakan misa malam natal bersama Ibu di rumah tua mereka.

Ibu yang sudah lama merindukan kehadiran Resnu tentu sangat gembira mendengar kabar ini. Ia segera mempersiapkan kedatangan anaknya dengan sangat baik. Mulai dari memasak makanan kesukaan sampai membersihkan kamar Resnu dilakoni Ibu seorang diri.

Setelah semua persiapan selesai dikerjakan, Ibu pun mulai berdandan. Ia ingin kelihatan sempurna di depan anaknya. Ibu berjalan ke arah meja untuk meraih telepon rumah dan memencet nomor Resnu.

Maksud ibu adalah mempertanyakan titik keberadaan Resnu sekarang. Namun tak ada jawaban di teleponnya. Ibu mencoba lagi, berkali-kali mencoba, tapi tetap tak ada jawaban dari anak kesayangannya. Ibu pun dilanda rasa khawatir.

Di sinilah masalah mulai ditampakkan. Di sisi lain Resnu sedang uring-uringan. Pria berambut gondrong ini sedang berada di perjalanan dari Jakarta menuju kota asalnya, Yogyakarta. Perasaaanya yang tak karuan membuat dia memilih mengabaikan panggilan telepon dari Ibu.

Suasana hatinya sedang kacau adalah sumbangan dari permintaan Dinda, istrinya. Dinda  tiba-tiba menginginkan hal yang berbeda dari rencana awal. Dinda lebih menginginkan mereka menghabiskan malam natal di rumah keluarganya. Bahkan untuk mendukung permintaannya, Dinda sudah lebih dahulu menerbangkan anaknya ke sana.

Resnu tentu mengalami peperangan batin yang dahsyat. Dia kebingungan menentukan sikap. Apakah dia harus mengikuti keinginan istrinya? Atau dia akan memilih merayakan natal bersama ibu yang sedang sendiri dan setia menunggunya di rumah? Bagaimana Resnu memenangkan pergulatan batin yang sedang dirasakannya? Apakah dia sukses membagi perannya sebagai anak dan suami? Silakan saksikan dan rasakan sendiri. Posisi Resnu benar-benar seperti memakan buah simalakama.

Film pendek berdurasi 28 menit ini menampilkan banyak gambar apik dan adegan yang menyentuh. Adegan ibu menyiapkan makanan dan menunggu Resnu di dekat meja telepon berhasil mengobrak-abrik emosi saya. Adegan Resnu yang minim dialog pun mampu menyampaikan pesan film ini dengan baik. Berbagai macam emosi bercampur menjadi film ini kaya makna.

Perpindahan gambar dan emosi di adegan film pun tergolong halus. Saya bisa merasakan bagaimana sepinya ibu tinggal di rumah tuanya seorang diri. Juga, bisa merasakan kegelisahan Resnu melihat nama ibu di layar ponselnya.

Akting Ramon, Clara dan Ibu tentu tak diragukan lagi. Penonton seolah dibuat berpikir dan menempatkan diri di sepatu mereka. Seandainya terjadi padamu. Siapa yang kau pilih? Adakah solusi yang adil bagi keadaan ini?

Film karya Kebon Studio ini memang layak dinominasikan menjadi film cerita pendek terbaik di Piala Citra 2015 dan nominasi Light of Asia Competition serta Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF). 

Setelah sukses dengan film ini, para sineas berbakat ini pun dipilih dan didanai lagi oleh Dinas Kebudayaan DIY membuat film berjudul Loz Jogjakartoz.

Tertarik untuk melihatnya? Bila kau ingin menyaksikannya, monggo disiapkan waktunya dan berpindah sebentar ke aplikasi youtube di chanel Kebon Studio Film. Salam.

Penulis: Maria Julie Simbolon

Medan, 18 April 2021.

#30HariBlogBer6

#BloggerMedan

@Blogger_Medan

Komentar

  1. sebenarnya mertua juga ibu dari laki-laki, dan istri mengikut ke suami lalu suamilah yang mengikut istri, dan seharunya sih ini ya mengikut ke orang tua dari laki-laki tersebut lalu baru ke mertua, begitu sih sepengatahuan saya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Film Bumi Manusia

Menantu atau Mertua yang Menyebalkan?

Ulasan Series It's Okay, That's Love