Belajar Melepaskan Kemelekatan

 Sumber Gambar: Unsplash

Bagaimana bila sesuatu yang sangat kita sayangi diminta oleh orang lain? Atau bagaimanakah bila seseorang yang kita sayangi berpaling atau diminta dari kita? Pastinya sulit untuk melepaskan ini. Apalagi menyangkut nyawa, benda kesayangan dan hal berharga lainnya. Mungkin dirimu pernah kehilangan sesuatu dan ada perasaan nyesek banget dan tak bisa berhenti memikirkan sesuatu atau seseorang tadi secara terus menerus. Bisa jadi hal ini terjadi karena dirimu melekat sekali dengan hal/orang/benda ini.

Hal melekat ini tentu manusiawi. Siapa pulak yang tak nyesek dan ngamuk kalau uang yang sudah ditabung bertahun-tahun hilang? Siapa pulak yang tak stress kalau kendaraan yang baru diparkir rapi di depan supermarket raib digondol maling? Bah!

Lalu bagaimana cara melepaskan atau setidaknya mengurangi rasa kemelekatan itu? Hal yang harus disadari adalah semua hal di dunia ini adalah sementara. Orang yang kita sayangi bisa menemui ajalnya kapan pun, benda-benda berharga yang kita kumpulkan dan sayangi bisa hilang sekejap, popularitas bisa hilang dan bisnis bisa merosot. Ada masanya datang dan ada masa untuk pergi. Cintai semuanya sewajarnya. Begitu katanya.

Kedua, paling penting untuk mengelola ekspektasi kita. Sahabat dan pasangan yang kau percaya bisa saja mengecewakanmu. Untung yang kau harapkan dari bisnismu bisa saja tidak kunjung datang. Cita-cita yang kau kejar dari lama bisa saja gagal kau raih. Atau pacar yang sudah bersamamu belasan tahun ternyata bukan jodohmu. Semua hal memungkin terjadi. Karena baik dan buruk menurut penilaian kita tidak sama dengan baik dan buruk menurut kehidupan ini. Matematika alam semesta dan kehendak Tuhan tentu tidak sama dengan takaranmu.

Aku pernah berada di titik marah kepada kehidupan. Saat itu Mami yang sudah lama kurawat akhirnya meninggal dunia. Aku berkata, “Aku hanya memiliki Mami. Hanya Mami. Bahkan itu pun kau minta dariku? Sedangkan orang lain memiliki banyak anak. Sedangkan orang lain memiliki banyak benda berharga. Kenapa aku yang hanya memiliki satu dan satu-satunya harus dimintai juga? Masih banyak orang yang lebih layak Kau mintai!"

Drama sekali kelakuanku ketika itu ya, Pemirsa. Hahahhaa. Baiklah! Untuk lebih memahami konsep kemelekatan, aku ingin bercerita tentang sebuah kisah berharga yang lama sekali masih tersisa di ingatanku.


Sumber Gambar: Unsplash

Alkisah hiduplah seorang biksu. Selama berpuluh-puluh tahun dia hanya fokus bermeditasi. Sang biksu menyerahkan hidupnya kepada pertapaan. Nyaris tak ada barang berharga yang dimilikinya selain satu benda yaitu mangkuk keramik berwarna ungu.

Satu hari Malaikat Pencabut Nyawa memerintahkan dua pengikutnya untuk menjemput Sang Biksu. Ternyata ajal Sang Biksu sudah dekat. Sayangnya, kedua pengikut tak berhasil membawanya. Walau terlihat secara nyata, tapi tubuh fisiknya tak bisa ditangkap.

Kedua pengikut pun pergi berkonsultasi kepada Dewa Bumi. Dewa Bumi berkata Sang Biksu tidak bisa dibawa ke alam baka karena dia sudah hampir lepas dari hawa nafsu dan keinginan dunia. 

Namun, kedua pengikut tak kehilangan akal. Mereka meminta saran kepada Dewa Bumi cara menaklukkan Sang Biksu. Melalui Dewa Bumi, mereka diminta untuk mencari benda kesayangan Sang Biksu dan memukulnya sebanyak tiga kali. Benda itu adalah hadiah dari Sang Kaisar untuk Sang Biksu. Rupanya adalah mangkuk berwarna ungu keemasan.

Dengan semangat kedua pengikut segera berlari kembali ke kuil pertapaan Sang Biksu. Di sana mereka mencari-cari semua sudut ruangan dan dapatlah mangkuk yang dicari. Kedua pengikut memukul mangkuk di samping Sang Biksu yang masih fokus bermeditasi.

Mendengar mangkuk kesayangannya dipukul, Sang Biksu tak tahan dan memutuskan mengakhiri pertapaannya. Dia pun memutuskan kembali ke tubuh fisiknya. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh kedua pengikut. Mereka segera menangkap tubuh Sang Biksu dan membawanya ke alam baka.

Sang Biksu hanya bisa menangis dan berkata, “ Pelatihanku sia-sia karena nafsu dan rasa sayangku kepada mangkuk kepunyaanku. Aku menyesal. Seharusnya aku melepaskan rasa kemelekatan ini.”

Mungkin ada perasaan kesal dengan kisah di atas. Kenapa kehidupan harus memintanya kembali padahal hanya satu barang yang dipunyai Sang Biksu?

Aku pun tak tahu jawabannya karena hidup memiliki mekanismenya sendiri. Hal yang bisa kita kontrol adalah respon dan lingkar kendali dan pengaruh kita. Apa hal yang masuk di dalam lingkar kendali kita? Penerimaan kita dengan kondisi di depan kita, pikiran kia, cara menyayangi diri, makanan yang masuk ke tubuh, cara memperlakukan orang lain, pendapat yang ingin disampaikan, batasan kita, dan cara mengelola perasaan kita.

Selebihnya, ada di luar kendalimu. Kau hanya mendapatkan kesia-siaan bila berusaha mengubah dan mengendalikan sesuatu yang berada di luar lingkar pengaruhmu. Apa saja yang berada di luar lingkar kendalimu alias tak bisa kau kendalikan? Sakit penyakit, perasaan orang lain, perlakuan orang lain, perkataan orang lain yang baik atau pun menyakiti hatimu, waktu, cuaca, masa lalu dan lain sebagainya.

Setelah membahas tentang kemelekatan kepada benda atau orang yang dimilikinya. Bagaimana bila kita melekat kepada sesuatu yang ternyata bukan hak kita? Duh! Besok aku akan membahas sebuah film pendek yang akan mengulas kemelekatan terhadap sesuatu yang bukan miliknya. Silakan ditunggu, ya. Salam.


Medan, 1 Mei 2021

Penulis: Maria Julie Simbolon

#Olahrasa

#30HariBlogBer19

#BloggerMedan

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Film Bumi Manusia

Menantu atau Mertua yang Menyebalkan?

Ulasan Series It's Okay, That's Love